Siapa sangka, es krim
yang sering kita makan sebagai cemilan saat udara panas mampu
menghasilkan omzet Rp 4 triliun secara nasional pada 2015. Wow bukan.
Memang benar, omzet industri es krim menembus Rp 4 triliun.
Bukan
omzet yang sedikit, bukan. Terlebih lagi, dengan potensi penduduk
Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Jika diambil rata-rata, dengan
omzet sedemikian besar, itu berarti setiap penduduk di negeri ini
menghabiskan sekitar Rp 16.000 untuk membeli es krim tiap tahun.
Nilai omzet industri es krim
ini disebut oleh salah satu direktur perusahaan market leader industri
ini belum lama ini. Tiap tahun, pertumbuhan industri ini berkisar
7%-10%.
Kabar terbaru, raksasa produsen makanan dan minuman dari
Jepang, Ezaki Glico Co Ltd, merambah pasar es krim di Indonesia dengan
mendirikan perusahaan patungan bersama Wings Group. Tidak
tanggung-tanggung, Glico menginvestasikan dana Rp 350 miliar setara
dengan 50% modal perusahaan patungan bersama PT Mitrajaya Ekaprana, anak
usaha Wings Group.
Mengutip pernyataan resmi manajemen Ezaki
Glico di website perusahaan, Glico mulai mengoperasikan pabrik dengan
lini bisnis es krim di Indonesia pada 16 November 2016. Kerjasama
patungan PT Glico-Wings telah dimulai pada 2013, sebelum akhirnya
membangun pabrik dan melakukan riset pemasaran bersama.
Ekspansi
di Indonesia merupakan kelanjutan dari ekspansi di Thailand pada
Januari 2016. “Ini merupakan langkah perusahaan untuk operasional lini
usaha es krim secara internasional,” kutip manajemen Glico.
Dalam
keterangan tersebut disebutkan, CEO Glico-Wings adalah Hidekazu
Kawashima. Es krim merupakan perluasan lini bisnis Glico di Indonesia,
yang sebelumnya telah merambah kembang gula dengan merek Pocky dan Pretz
yang diproduksi PT Glico Indonesia, anak udaha di Indonesia yang
didirikan pada 1 April 2014.
Kolaborasi bisnis Glico-Wings akan meramaikan persaingan di industri es krim di Indonesia. Glico-Wings akan menantang market leader PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang memiliki sederet merek penguasa pasar. Menurut data yang dihimpun duniaindustri.com,
Unilever menguasai 73,7% pasar es krim di Indonesia pada 2015, disusul
PT Campina Ice Cream Industry 15%, PT Indoeskrim Dairy Food 1,1%, PT
Diamond Cold Storages Indonesia 0,3%, dan PT Haagen Dazs 0,2%.
Unilever
menguasai pasar es krim karena memiliki sederet merek jawara, sebut
saja Paddle Pop, Magnum, Wall’s, dan Dung-Dung. Paddle Pop disebut-sebut
sebagai merek dengan pangsa tertinggi, disusul Wall’s sekitar 20%. Nilai pasar (market size) industri es krim di Indonesia pada 2014 diestimasi sekitar Rp 4 triliun.
Hingga
saat ini konsumsi es krim di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan
negara lain yakni hanya sebesar 0,6 liter per kapita per tahun. Di
Malaysia konsumsi es krim sebesar 2,1 per kapita per tahun, Singapura
sebesar 5,5 per kapita per tahun, Australia sebesar 17,6 per kapita per
tahun. Sementara konsumsi es krim di Amerika Serikat telah mencapai 22
liter per kapita.(*)
Sumber: di sini
* Butuh riset pasar dan database industri, klik di sini
** Butuh riset pemasaran atau market intelligence, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar