Jumat, 25 Mei 2018

Kontribusi Kecil, Penjualan Merek Blue Band Tidak Pengaruhi Unilever


Duniaindustri.com (Mei 2018) - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), emiten produsen consumer goods, berencana menjual divisi spreads meliputi merek dagang global Frytol, Blue Band Master dan Blue Band, Minyak Sarmin, Blue Band Gold senilai Rp 2,65 triliun. Selain karena kebijakan induk usaha yang menjual divisi tersebut, langkah tersebut dilakukan untuk membuat fokus pertumbuhan bisnis perseroan ke produk kategori home and personal care serta foods and refreshments.


Berdasarkan prospektus keterbukaan informasi perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), aset tak berwujud kategori spreads akan dijual senilai 164 juta euro atau setara Rp 2,65 triliun. Aset tak berwujud yang dijual termasuk namun tidak terbatas pada hak untuk mendistribusikan produksi menggunakan merek dagang global dan lokal serta daftar pelanggan di Indonesia.

Sedangkan aset berwujud yang akan dijual senilai Rp 195,47 miliar, yang terdiri dari penjualan aset produksi dan perlengkapan sebesar Rp 152,64 miliar dan penjualan persediaan dan barang dagang sebesar Rp 42,83 miliar.

Perseroan juga akan menyewakan sebagian dari tanah dan bangunan pabrik di Cikarang yang digunakan untuk pengoperasian aset kategori spreads senilai Rp 56,29 miliar. Serta penjualan merek dagang lokal sebesar Rp 9,75 miliar.

Alasan utama penjualan aset berwujud dan tak berwujud dari segmen spread dikarenakan perseroan ingin memfokuskan untuk pertumbuhan bisnis utamanya yaitu di segmen home dan personal care.

"Pada 15 Desember 2017, Unilever N.V. dan Unilever Plc menerima tawaran mengikat dari Sigma Bidco B.V., sehubungan dengan pembelian bisnis Spreads global milik Grup Unilever, termasuk aset kategori Spreads di Indonesia yang dimiliki oleh Perseroan," demikian pernyataan perseroan.

Unilever Indonesia tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Sigma Bidco B.V. Jika dilihat saat ini, produk utama perseroan untuk segmen spreads yang paling terkenal ialah produk margarin blueband. Namun pada 2017, kontribusi penjualan dan pedapatan segmen tersebut cukup rendah dibandingkan segmen home dan personal care yang memberikan kontribusi pendapatan hingga Rp 28,1 triliun.

Tevilyan Yudhistira Rusli, Direktur Keuangan Unilever Indonesia, menilai pihaknya akan mengikuti keputusan Unilever pusat. Dia menyatakan, penjualan produk Blue Band selama ini berkontribusi tidak sampai 1,5% dari seluruh total penjualan Unilever.

"Blue Band memang besar di market (margarin), tapi impact ke kami kecil," terang Yudhistira dalam paparan publik, beberapa waktu lalu.

Unilever Indonesia membukukan penurunan laba yang diatribusikan kepada entitas induk pada kuartal I 2018 sekitar 6,17% menjadi Rp1,839 triliun, dari periode serupa tahun lalu Rp1,960 triliun. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi, kondisi tersebut dipicu oleh melemahnya penjualan usaha dalam tiga bulan pertama tahun ini sekitar 0,9% atau menjadi Rp10,746 triliun, dari periode serupa tahun lalu Rp10,845 triliun.

Selain itu, beban penjualan pun kian membesar sekitar 6,93% atau menjadi Rp2,052 triliun per akhir Maret 2018, dari kurun waktu serupa tahun sebelumnya Rp1,919 triliun. Perseroan juga harus menanggung semakin kecilnya pendapatan keuangan sekitar 17,28% atau menjadi Rp579 juta per akhir Maret tahun ini, dari kurun waktu serupa tahun lalu yang mencapai Rp700 juta.

Masih Melambat
Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), menyatakan sepanjang Januari hingga Februari 2018 permintaan produk makanan dan minuman belum membaik. Sepanjang awal 2018 ini malah terjadi perlambatan permintaan. “Semenjak Maret kemarin (baru) terlihat kenaikan penjualan,” kata Adhi.

Industri, kata dia, berharap momen puasa dan perayaan oleh umat Islam dapat mendongkrak permintaan. “Diharapkan pada kuartal kedua terlihat realisasi peningkatan penjualan,” katanya.
Adhi tidak menjelaskan besar peningkatan penjualan yang terjadi pada Maret. Demikian juga dengan estimasi peningkatan penjualan pada kuartal kedua mendatang. Pada tahun ini industri makanan minuman (mamin) diproyeksikan tumbuh lebih dari 10% atau naik dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 9,23%.

Faktor pendorong pertumbuhan industri ini antara lain penerbitan beberapa kebijakan deregulasi yang memudahkan pasokan bakan baku. Selain itu, tahun ini juga merupakan tahun politik yang umumnya peredaran uang meningkat. Hal tersebut diharapkan ikut mendongkrak konsumsi makanan dan minuman.(*/)

Sumber: klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

Jumat, 04 Mei 2018

Mengenal Tren di Digital Marketing Sektor Industri

Digital Marketing sudah menjadi tren dalam dunia pemasaran dan terus berkembang dengan pesat. Bisa jadi tren yang saat ini populer dan digunakan, belum tentu akan digunakan di waktu yang akan datang dan tak akan sepopuler sebelumnya. Karena itu penting sekali memperhatikan tren yang sedang berkembang untuk memastikan tujuan marketing dapat berhasil dan meningkatkan penjualan dalam pemasaran.

Apalagi, saat ini sebagian besar konsumen mulai beralih ke internet atau berbagai media digital lainnya untuk menemukan informasi mengenai produk atau jasa yang mereka butuhkan.

Karena itu, Duniaindustri.com, sebuah startup khusus di segmen industri, berupaya untuk memfasilitas hal tersebut dengan terus mengupdate database industri. Selain itu, Duniaindustri.com juga meningkatkan pelayanan bagi pelanggan dan keamanan bertransaksi online dengan mengadopsi teknologi "easy digital download". Dengan teknologi ini, user atau pelanggan dapat dengan mudah bertransaksi serta mengakses database industri secara lebih cepat, praktis, kapanpun dan di manapun berada.


Saat ini lebih dari 154 data historis industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi, menjadi kumpulan database di duniaindustri.com.

Per awal April 2017, detektif industri juga dilengkapi tools (instrumen analisis) untuk melakukan market intelligence (competitor intelligence) dengan lebih terukur, komprehensif, dan berkesinambungan. Duniaindustri.com juga memperluas coverage basis data dan database spesifik guna menangkap seluruh aktivitas industri di seluruh sektor usaha di Indonesia.




Sumber: di sini

Database lainnya:

154 Basis Sumber Data dan Kajian Industri

Persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kemampuan perusahaan untuk mengendalikan harga jual pun kini menjadi terbatas. Tidak lagi mudah bagi produsen mematok laba yang tinggi dengan menaikkan harga. Sebab harga yang tinggi membuat produk tersebut akan dijauhi oleh pembelinya. Pembeli akan lebih beralih ke produk yang berkualitas baik, namun berharga murah, serta mempunyai layanan purna jual cepat dan mudah. Ironisnya, dengan kondisi pasar yang semakin sulit ini, manajemen justru dituntut untuk meningkatkan laba perusahaan. Tidak ada pilihan lain, bahwa tuntutan itu hanya bisa dilakukan jika perusahaan mampu menurunkan biaya (cost reduction) dan menghilangkan proses-proses yang tidak memberikan nilai tambah.

Berbicara nilai tambah, makin banyak perusahaan yang memanfaatkan teknologi informatika terkini untuk meningkatkan kemampuan dan strategi penetrasi pasar. Tak ketinggalan teknologi big data.


Karena itu, Duniaindustri.com, sebuah startup khusus di segmen industri, berupaya untuk memfasilitas hal tersebut dengan terus mengupdate database industri. Selain itu, Duniaindustri.com juga meningkatkan pelayanan bagi pelanggan dan keamanan bertransaksi online dengan mengadopsi teknologi "easy digital download". Dengan teknologi ini, user atau pelanggan dapat dengan mudah bertransaksi serta mengakses database industri secara lebih cepat, praktis, kapanpun dan di manapun berada.

Saat ini lebih dari 154 data historis industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi, menjadi kumpulan database di duniaindustri.com.

Per awal April 2017, detektif industri juga dilengkapi tools (instrumen analisis) untuk melakukan market intelligence (competitor intelligence) dengan lebih terukur, komprehensif, dan berkesinambungan. Duniaindustri.com juga memperluas coverage basis data dan database spesifik guna menangkap seluruh aktivitas industri di seluruh sektor usaha di Indonesia.




Sumber: di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 154 database, klik di sini
** Butuh 20 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
*** Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
**** Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
***** Butuh copywriter specialist, klik di sini
****** Butuh content provider, klik di sini