Industri kecap dan bumbu masak meski dianggap sepele, namun menawarkan omzet yang begitu fantastis. Lihat saja, menurut data Kementerian Perindustrian, saat ini terdapat 94 unit usaha industri kecap dan 56 unit usaha bumbu masak skala menengah-besar.
“Nilai produksi kecap Rp 7,1 triliun dan untuk bumbu Rp 7,2 triliun pada tahun 2014 sehingga totalnya menjadi Rp 14,3 triliun,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Pasar industri consumer goods (barang konsumsi harian/fast moving consumer goods) di indonesia memang besar, ditopang jumlah penduduk 250 juta jiwa dan pertumbuhan konsumen kelas menengah yang pesat. Dari industri consumer goods, ternyata industri kecap dan bumbu masak memiliki nilai pasar yang cukup besar.
Tercatat, serapan tenaga kerja industri kecap sebesar 8.500 orang dan industri bumbu masak 9.700 orang. Sedangkan untuk produk savoury (non MSG) pasarnya tumbuh sekitar sembilan hingga sepuluh persen.
Saat ini, terdapat pabrik kecap dan bumbu milik Unilever Indonesia yang berkapasitas 330 ribu ton per tahun. Nilai investasi mencapai Rp 820 miliar dan dibangun sejak 2013. Pemerintah berharap berdirinya pabrik ini dapat mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman Indonesia.
Saleh mengapresiasi ekspansi Unilever sebagai pembuktian komitmen untuk meningkatkan nilai investasi dan menangkap peluang kebutuhan kecap dan bumbu masak instan. “Kami akan terus meningkatkan investasi dan bekerja sama dengan petani Indonesia dalam memproduksi bahan baku,” kata Unilever Global Chief Supply Chain Officer, Pier Luigi Sigismond.
Tahun ini, Unilever menyiapkan investasi sebesar Rp 1,2 triliun, termasuk untuk pabrik kecap ini. Unilever juga akan membangun industri oleokimia di Kawasan Industri Kuala Tanjung-Sei Mangke di Sumatra Utara. “Investasi yang disiapkan sebesar Rp 2 triliun,” kata Director of Goverment and Corporate Affairs Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso.
Nilai pasar industri (market industrial size) kecap di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada 2001, nilai pasar industri kecap baru mencapai Rp 1,6 triliun dan naik signifikan menjadi Rp 3 triliun pada 2005. Angka tersebut meningkat lagi lebih dari dua kali lipat pada 2014 menjadi Rp 7,1 triliun.
Menurut lembaga riset pasar Euromonitor International, PT Heinz ABC Indonesia, PMA asal Amerika Serikat, menguasai 40% dari pasar kecap di Indonesia pada 2001 sebesar Rp 1,6 triliun. Namun, pada 2005, posisinya menurun hingga 33% dari total pasar yang mencapai Rp 3 triliun.
Heinz dengan kecap manis ABC merupakan penguasa pasar kecap di Indonesia, yang bersaing ketat dengan Unilever yang mengusung merek Bango. Pangsa pasar kecap Bango tetap stabil selama 2001-2005 sebesar 32%.
Kecap manis ABC sebetulnya bukan pemain baru di industri kecap nasional. Februari 1999, saham mayoritas pendiri kecap yang terdiri atas tujuh varian ini dibeli oleh HJ Heinz Co, perusahaan kecap yang berpusat di Pittsburg, Amerika Serikat. Tak lama kemudian, nama perusahaan pun berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia.
Lewat bendera barunya, kecap ABC mengalami perubahan teknologi informasi, proses pembuatan, dan jaringan pasar internasional. Hasilnya, angka penjualan tahunan kecap ABC dunia tak bergeser dari US$ 100 juta atau Rp 897 miliar, dengan kontribusi utama dari Indonesia.
Tak mau kalah, Unilever Indonesia pun mengakuisisi produk Kecap Bango pada 2001. Di tangan perusahaan multinasional ini, Kecap Bango tumbuh pesat lewat pemasaran modern. Kini, penjualan tahunannya diperkirakan Rp 500 miliar. Kecap Bango pun melebarkan sayap hingga ke Asia Tenggara dan Arab Saudi.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar