Siapa sangka, es krim
yang sering kita makan sebagai cemilan saat udara panas mampu
menghasilkan omzet Rp 4 triliun secara nasional pada 2015. Wow bukan.
Memang benar, omzet industri es krim menembus Rp 4 triliun.
Bukan
omzet yang sedikit, bukan. Terlebih lagi, dengan potensi penduduk
Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Jika diambil rata-rata, dengan
omzet sedemikian besar, itu berarti setiap penduduk di negeri ini
menghabiskan sekitar Rp 16.000 untuk membeli es krim tiap tahun.
Nilai omzet industri es krim
ini disebut oleh salah satu direktur perusahaan market leader industri
ini belum lama ini. Tiap tahun, pertumbuhan industri ini berkisar
7%-10%.
Kabar terbaru, raksasa produsen makanan dan minuman dari
Jepang, Ezaki Glico Co Ltd, merambah pasar es krim di Indonesia dengan
mendirikan perusahaan patungan bersama Wings Group. Tidak
tanggung-tanggung, Glico menginvestasikan dana Rp 350 miliar setara
dengan 50% modal perusahaan patungan bersama PT Mitrajaya Ekaprana, anak
usaha Wings Group.
Mengutip pernyataan resmi manajemen Ezaki
Glico di website perusahaan, Glico mulai mengoperasikan pabrik dengan
lini bisnis es krim di Indonesia pada 16 November 2016. Kerjasama
patungan PT Glico-Wings telah dimulai pada 2013, sebelum akhirnya
membangun pabrik dan melakukan riset pemasaran bersama.
Ekspansi
di Indonesia merupakan kelanjutan dari ekspansi di Thailand pada
Januari 2016. “Ini merupakan langkah perusahaan untuk operasional lini
usaha es krim secara internasional,” kutip manajemen Glico.
Dalam
keterangan tersebut disebutkan, CEO Glico-Wings adalah Hidekazu
Kawashima. Es krim merupakan perluasan lini bisnis Glico di Indonesia,
yang sebelumnya telah merambah kembang gula dengan merek Pocky dan Pretz
yang diproduksi PT Glico Indonesia, anak udaha di Indonesia yang
didirikan pada 1 April 2014.
Kolaborasi bisnis Glico-Wings akan meramaikan persaingan di industri es krim di Indonesia. Glico-Wings akan menantang market leader PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang memiliki sederet merek penguasa pasar. Menurut data yang dihimpun duniaindustri.com,
Unilever menguasai 73,7% pasar es krim di Indonesia pada 2015, disusul
PT Campina Ice Cream Industry 15%, PT Indoeskrim Dairy Food 1,1%, PT
Diamond Cold Storages Indonesia 0,3%, dan PT Haagen Dazs 0,2%.
Unilever
menguasai pasar es krim karena memiliki sederet merek jawara, sebut
saja Paddle Pop, Magnum, Wall’s, dan Dung-Dung. Paddle Pop disebut-sebut
sebagai merek dengan pangsa tertinggi, disusul Wall’s sekitar 20%. Nilai pasar (market size) industri es krim di Indonesia pada 2014 diestimasi sekitar Rp 4 triliun.
Hingga
saat ini konsumsi es krim di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan
negara lain yakni hanya sebesar 0,6 liter per kapita per tahun. Di
Malaysia konsumsi es krim sebesar 2,1 per kapita per tahun, Singapura
sebesar 5,5 per kapita per tahun, Australia sebesar 17,6 per kapita per
tahun. Sementara konsumsi es krim di Amerika Serikat telah mencapai 22
liter per kapita.(*)
Sumber: di sini
* Butuh riset pasar dan database industri, klik di sini
** Butuh riset pemasaran atau market intelligence, klik di sini
Selasa, 29 November 2016
Minggu, 13 November 2016
Rekam Jejak dan Analisis Industri Makanan dan Minuman
Industri makanan dan minuman saat ini merupakan penyumbang kontribusi
terbesar terhadap pertumbuhan industri manufaktur nasional. Dengan
peran yang begitu besar, tidak heran industri ini menjadi salah satu
andalan ekonomi nasional. Tak heran, omzet industri makanan dan minuman diestimasi lebih dari Rp 1.000 triliun.
Untuk membedah pertumbuhan, pangsa pasar, serta persaingan pasar di industri makanan dan minuman, duniaindustri.com memiliki sedikitnya 6 data dan riset khusus di industri ini. Mari kita simak ulasannya berikut ini:
1) Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader)
2) Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016
3) Data dan Outlook Industri Susu & Teh Siap Minum 2013-2016
4) Data dan Outlook Industri Consumer Goods 2016
5) Data Industri Makanan-Minuman dan Program Hilirisasi
6) Data Konsumsi dan Impor Susu di Indonesia (periode lima tahun terakhir)
Berikut ini Ulasannya:
A) Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader) ini dirilis Juni 2016 menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai peta persaingan di industri biskuit di Indonesia, mencakup highlights dan profil ringkas pemain-pemain di industri ini, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, hingga analisis pangsa pasar berdasarkan penjualan dan kapasitas produksi.
Riset pasar ini dimulai dengan highlights pasar Indonesia yang terus tumbuh ditopang besarnya konsumen kelas menengah. Pasar industri makanan termasuk biskuit di Indonesia dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, 50% di antaranya merupakan usia produktif, sunggulah besar. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar.(halaman 2-3)
Riset pasar ini juga menjabarkan pertumbuhan rata-rata per tahun pasar makanan dalam kemasan dan minuman ringan selama 2013-2017 akan berada di atas angka 10%. Secara keseluruhan, packaged food selama periode tersebut akan tumbuh rata-rata 12,6% per tahun. Beberapa jenis makanan yang identik dengan lifestyle masyarakat middle class income diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di antaranya canned/preserved food (16,7%), frozen processed food (16,6%), ice cream (18%), dan noodles (13,5%).(halaman 4)
Sementara itu, minuman ringan diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%).
Secara special, Duniaindustri.com membuat riset pertumbuhan pasar consumer goods dari 2009 ke 2015, khusus untuk sejumlah produk antara lain: biskuit dan wafer, mi instan, snack, jeli, permen, roti, minuman berenergi, minuman isotonik, sirup, teh siap saji, kopi siap saji, jus, susu siap saji, minuman berkarbonasi, minuman sari buah, air minum dalam kemasan. (halaman 5-8)
Di halaman 9-10, Duniaindustri.com membuat riset pasar eksklusif terkait pangsa pasar biskuit dilihat dari dua hal; penjualan per merek (halaman 9) dan kapasitas produksi per perusahaan (halaman 10). Data tersebut didukung top 15 produsen biskuit terbesar (biggest biscuit producer) di Indonesia yang dipaparkan pada halaman 11-12, lengkap dengan kapasitas produksi serta komposisi terhadap kapasitas nasional.
Di halaman 13, ditampilkan tren produksi biskuit secara nasional periode 2007-2015, lengkap dengan pertumbuhan per tahun. Data tersebut juga diperkuat dengan neraca ekspor-impor biskuit dalam volume dan nilai periode 2007-2015 (halaman 14-15).
Kemudian di halaman 16 ditampilkan tren konsumsi, produksi, dan ekspor-impor biskuit di Indonesia periode 2007-2015. Dengan data yang cukup lengkap ini dapat terlihat tren pertumbuhan konsumsi (market size) industri biskuit per tahun. Khusus di halaman 17, duniaindustri.com membuat proyeksi dan estimasi konsumsi biskuit pada 2016-2017 lengkap dengan tren produksi dan pertumbuhannya.
Pada halaman 18-35, duniaindustri.com membuat market research dan market intelligence terhadap tiga produsen biskuit yang menjadi market leader. Analisis dan intelijensi pasar itu mencakup kinerja keuangan produsen dengan pangsa pasar terbesar, strategi pemasaran, kendala yang dihadapi, target kinerja keuangan 2016, hingga ke struktur perusahaan, jumlah pekerja, serta rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.
Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 sebanyak 35 halaman pdf ini berasal dari berbagai sumber antara lain asosiasi industri, BPS, riset internal produsen biskuit, dan diolah duniaindustri.com. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih.(*)
B) Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri susu olahan di Indonesia, mencakup pengelompokan industri dan pohon industri susu dari hulu-antara-hilir, segmentasi industri susu cair, tren konsumsi dan pertumbuhan volume produk susu, nilai penjualan produk susu, ukuran pasar (market size) industri susu nasional, hingga pangsa pasar susu cair, susu bubuk, susu ultra high temperature (UHT), susu fermentasi, susu pasteurisasi (sterilisasi), yoghurt, keju olahan, serta tantangan dan peluang industi ini ke depan.
Riset ini dimulai dengan menampilkan pengelompokan industri susu dari hulu (susu segar), industri antara (susu pasteurisasi, susu UHT, susu fermentasi), hingga industri hilir (susu bubuk, susu kental manis, makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim, dan yoghurt) dilengkapi pohon industri susu secara lengkap. (halaman 2-3)
Di halaman 4-5 ditampilkan segmentasi industri susu cair dan susu bubuk terhadap total pasar. Pertumbuhan volume konsumsi produk susu periode 2008-2018 (forecast) ditampilkan pada halaman 6, serta tren penjualan produk susu periode 2008-2018 dipaparkan pada halaman 7.
Di halaman 8-9 ditampilkan perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pengolahan susu, lengkap dengan lokasi pabrik dan produk-produk yang dihasilkan. Terdapat 48 perusahaan di kategori industri pengolahan susu yang memproduksi susu segar, susu bubuk, susu UHT, susu steril, susu pasteurisasi, susu kental manis, susu formula, susu kemasan, ice cream, yoghurt, acidified milk drink, mentega, kopi instan, caramel, dan makanan bayi.
Pada halaman 9, pembahasan masuk pada segmen susu bubuk, mengulas pangsa pasar susu bubuk periode 2011-2013. Terdapat pergerakan pangsa pasar yang cukup signifikan untuk 10 perusahaan pemimpin pasar susu bubuk di Indonesia. Secara khusus, di halaman 10-11, duniaindustri.com membuat riset terkait pangsa pasar susu bubuk di Indonesia untuk 2014-2015. Pada halaman 13, dipaparkan pertumbuhan pasar produk susu bubuk di Indonesia secara volume dan nilai. Di halaman 14, duniaindustri.com membuat riset dan estimasi terkait pasar susu bubuk pada 2015 dan 2016.
Kategori susu cair dibahas secara komprehensif di halaman 15-16, mencakup pertumbuhan volume pasar, market size, dan tren pertumbuhan dari 2013-2016. Demikian juga susu UHT dibahas secara lengkap di halaman 17, mencakup pangsa pasar market leader, nilai pasar, serta pertumbuhan volume. Susu fermentasi juga dibahas secara khusus pada halaman 18, susu pasteurisasi di halaman 19, yoghurt cream dan drink di halaman 20-21, serta keju olahan pada halaman 22.
Riset ini juga dilengkapi dengan data produksi susu segar, impor susu, konsumsi bahan baku susu, serta pergerakan tren konsumsi susu di Indonesia. Ditambah dengan kapasitas terpasang, produksi, dan konsumsi susu cair, susu kental manis, susu bubuk.
Riset data industri sebanyak 29 halaman ini berasal dari BPS, WHO dan Bank Dunia, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan sejumlah perusahaan susu di Indonesia, diolah duniaindustri.com.
Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Data dan Outlook Industri Susu & Teh Siap Minum 2013-2016 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri susu bubuk, susu cair (ultra high temperatures/UHT), serta teh siap minum (ready to drink tea/RDT) di Indonesia, mulai dari tren pertumbuhan pasar, tren permintaan/demand, nilai pasar (market size) tiga tahun terakhir dan proyeksi 2016, hingga produsen terbesar di Indonesia, strategi ekspansi ke depan, serta kinerja keuangan para pemain di industri ini.
Data ini dimulai dengan menampilkan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2014-2019 (estimasi), kondisi perilaku konsumen di Indonesia dari total jumlah penduduk 252 juta jiwa, dengan jumlah konsumen kelas menengah hampir 50% yang berada di bawah umur 30 tahun. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar. (halaman 2-3)
Data ini juga menjabarkan pertumbuhan rata-rata per tahun minuman diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%). (halaman 5-7)
Selain itu, data ini menampilkan ukuran pasar (market size) industri susu cair periode 2013-2015, konsumsi per kapita, karakteristik utama di industri susu cair. Secara khusus, Duniaindustri membuat riset proyeksi market size industri susu cair pada 2016, pertumbuhan volume penjualan, serta pangsa pasar 8 pemain di Indonesia. (halaman 8-9)
Demikian juga di industri susu bubuk, data ini menampilkan ukuran pasar (market size) serta pertumbuhannya, dan pangsa pasar 11 pemain utama di Indonesia. (halaman 9)
Di samping itu, data ini juga menampilkan ukuran pasar (market size) serta pertumbuhan industri teh siap minum (ready to drink tea/RDT) periode 2013-2016, pangsa pasar 5 pemain utama, serta karakteristik (tren) yang berkembang. (halaman 10)
Pada halaman 12-24, ditampilkan data pemimpin pasar (market leader) di segmen susu cair ultra high temperature (UHT) dan RTD kemasan di Indonesia, profil singkat, komposisi lini usaha per perusahaan, jaringan distribusi, strategi ekspansi, pangsa pasar per produk, serta kinerja keuangan.
Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari BPS, WHO dan Bank Dunia, Kementerian Perindustrian, dan sejumlah perusahaan susu bubuk, susu cair, dan minuman teh siap saji di Indonesia, diolah duniaindustri.com.
Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
C) Data dan Outlook Industri Consumer Goods 2016 ini menampilkan pasar industri consumer goods di Indonesia dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, 50% di antaranya merupakan usia produktif. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar.
Data ini juga menjabarkan pertumbuhan rata-rata per tahun pasar makanan dalam kemasan dan minuman ringan selama 2013-2017 akan berada di atas angka 10%. Secara keseluruhan, packaged food selama periode tersebut akan tumbuh rata-rata 12,6% per tahun. Beberapa jenis makanan yang identik dengan lifestyle masyarakat middle class income diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di antaranya canned/preserved food (16,7%), frozen processed food (16,6%), ice cream (18%), dan noodles (13,5%).
Sementara itu, minuman ringan diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%).
Secara special, Duniaindustri.com membuat riset pertumbuhan pasar consumer goods dari 2009 ke 2015, khusus untuk sejumlah produk antara lain: biskuit dan wafer, mi instan, snack, jeli, permen, roti, minuman berenergi, minuman isotonik, sirup, teh siap saji, kopi siap saji, jus, susu siap saji, minuman berkarbonasi, minuman sari buah, air minum dalam kemasan.
Data sebanyak 15 halaman pdf ini berasal dari berbagai sumber antara lain asosiasi industri, lembaga riset dunia, dan BPS. Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
D) Data Industri Makanan-Minuman dan Program Hilirisasi ini menampilkan kinerja pertumbuhan industri makanan-minuman 2006-2013, jumlah perusahaan, nilai investasi, jumlah tenaga kerja, dan kapasitas produksi. Selan itu, tren hilirisasi industri kelapa sawit, kakao, gula sebagai bahan baku industri makanan minuman. Data ini juga menampilkan berbagai regulasi terbaru terkait industri makanan-minuman. Data berisi 23 halaman ini dibuat oleh Kementerian Perindustrian dan diolah duniaindustri.com.(*)
E) Data Konsumsi dan Impor Susu di Indonesia (periode lima tahun terakhir) ini menampilkan pertumbuhan konsumsi dan impor susu di Indonesia periode lima tahun terakhir. Data ini berasal dari asosiasi industri, BPS, kementerian terkait.(*)
Sumber: klik di sini
Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini
Butuh content provider profesional, klik di sini
Untuk membedah pertumbuhan, pangsa pasar, serta persaingan pasar di industri makanan dan minuman, duniaindustri.com memiliki sedikitnya 6 data dan riset khusus di industri ini. Mari kita simak ulasannya berikut ini:
1) Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader)
2) Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016
3) Data dan Outlook Industri Susu & Teh Siap Minum 2013-2016
4) Data dan Outlook Industri Consumer Goods 2016
5) Data Industri Makanan-Minuman dan Program Hilirisasi
6) Data Konsumsi dan Impor Susu di Indonesia (periode lima tahun terakhir)
Berikut ini Ulasannya:
A) Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader) ini dirilis Juni 2016 menampilkan riset independen, data, analisis, kajian, dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai peta persaingan di industri biskuit di Indonesia, mencakup highlights dan profil ringkas pemain-pemain di industri ini, tren permintaan/kebutuhan (demand) di pasar lokal, hingga analisis pangsa pasar berdasarkan penjualan dan kapasitas produksi.
Riset pasar ini dimulai dengan highlights pasar Indonesia yang terus tumbuh ditopang besarnya konsumen kelas menengah. Pasar industri makanan termasuk biskuit di Indonesia dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, 50% di antaranya merupakan usia produktif, sunggulah besar. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar.(halaman 2-3)
Riset pasar ini juga menjabarkan pertumbuhan rata-rata per tahun pasar makanan dalam kemasan dan minuman ringan selama 2013-2017 akan berada di atas angka 10%. Secara keseluruhan, packaged food selama periode tersebut akan tumbuh rata-rata 12,6% per tahun. Beberapa jenis makanan yang identik dengan lifestyle masyarakat middle class income diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di antaranya canned/preserved food (16,7%), frozen processed food (16,6%), ice cream (18%), dan noodles (13,5%).(halaman 4)
Sementara itu, minuman ringan diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%).
Secara special, Duniaindustri.com membuat riset pertumbuhan pasar consumer goods dari 2009 ke 2015, khusus untuk sejumlah produk antara lain: biskuit dan wafer, mi instan, snack, jeli, permen, roti, minuman berenergi, minuman isotonik, sirup, teh siap saji, kopi siap saji, jus, susu siap saji, minuman berkarbonasi, minuman sari buah, air minum dalam kemasan. (halaman 5-8)
Di halaman 9-10, Duniaindustri.com membuat riset pasar eksklusif terkait pangsa pasar biskuit dilihat dari dua hal; penjualan per merek (halaman 9) dan kapasitas produksi per perusahaan (halaman 10). Data tersebut didukung top 15 produsen biskuit terbesar (biggest biscuit producer) di Indonesia yang dipaparkan pada halaman 11-12, lengkap dengan kapasitas produksi serta komposisi terhadap kapasitas nasional.
Di halaman 13, ditampilkan tren produksi biskuit secara nasional periode 2007-2015, lengkap dengan pertumbuhan per tahun. Data tersebut juga diperkuat dengan neraca ekspor-impor biskuit dalam volume dan nilai periode 2007-2015 (halaman 14-15).
Kemudian di halaman 16 ditampilkan tren konsumsi, produksi, dan ekspor-impor biskuit di Indonesia periode 2007-2015. Dengan data yang cukup lengkap ini dapat terlihat tren pertumbuhan konsumsi (market size) industri biskuit per tahun. Khusus di halaman 17, duniaindustri.com membuat proyeksi dan estimasi konsumsi biskuit pada 2016-2017 lengkap dengan tren produksi dan pertumbuhannya.
Pada halaman 18-35, duniaindustri.com membuat market research dan market intelligence terhadap tiga produsen biskuit yang menjadi market leader. Analisis dan intelijensi pasar itu mencakup kinerja keuangan produsen dengan pangsa pasar terbesar, strategi pemasaran, kendala yang dihadapi, target kinerja keuangan 2016, hingga ke struktur perusahaan, jumlah pekerja, serta rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.
Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 sebanyak 35 halaman pdf ini berasal dari berbagai sumber antara lain asosiasi industri, BPS, riset internal produsen biskuit, dan diolah duniaindustri.com. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih.(*)
B) Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri susu olahan di Indonesia, mencakup pengelompokan industri dan pohon industri susu dari hulu-antara-hilir, segmentasi industri susu cair, tren konsumsi dan pertumbuhan volume produk susu, nilai penjualan produk susu, ukuran pasar (market size) industri susu nasional, hingga pangsa pasar susu cair, susu bubuk, susu ultra high temperature (UHT), susu fermentasi, susu pasteurisasi (sterilisasi), yoghurt, keju olahan, serta tantangan dan peluang industi ini ke depan.
Riset ini dimulai dengan menampilkan pengelompokan industri susu dari hulu (susu segar), industri antara (susu pasteurisasi, susu UHT, susu fermentasi), hingga industri hilir (susu bubuk, susu kental manis, makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim, dan yoghurt) dilengkapi pohon industri susu secara lengkap. (halaman 2-3)
Di halaman 4-5 ditampilkan segmentasi industri susu cair dan susu bubuk terhadap total pasar. Pertumbuhan volume konsumsi produk susu periode 2008-2018 (forecast) ditampilkan pada halaman 6, serta tren penjualan produk susu periode 2008-2018 dipaparkan pada halaman 7.
Di halaman 8-9 ditampilkan perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pengolahan susu, lengkap dengan lokasi pabrik dan produk-produk yang dihasilkan. Terdapat 48 perusahaan di kategori industri pengolahan susu yang memproduksi susu segar, susu bubuk, susu UHT, susu steril, susu pasteurisasi, susu kental manis, susu formula, susu kemasan, ice cream, yoghurt, acidified milk drink, mentega, kopi instan, caramel, dan makanan bayi.
Pada halaman 9, pembahasan masuk pada segmen susu bubuk, mengulas pangsa pasar susu bubuk periode 2011-2013. Terdapat pergerakan pangsa pasar yang cukup signifikan untuk 10 perusahaan pemimpin pasar susu bubuk di Indonesia. Secara khusus, di halaman 10-11, duniaindustri.com membuat riset terkait pangsa pasar susu bubuk di Indonesia untuk 2014-2015. Pada halaman 13, dipaparkan pertumbuhan pasar produk susu bubuk di Indonesia secara volume dan nilai. Di halaman 14, duniaindustri.com membuat riset dan estimasi terkait pasar susu bubuk pada 2015 dan 2016.
Kategori susu cair dibahas secara komprehensif di halaman 15-16, mencakup pertumbuhan volume pasar, market size, dan tren pertumbuhan dari 2013-2016. Demikian juga susu UHT dibahas secara lengkap di halaman 17, mencakup pangsa pasar market leader, nilai pasar, serta pertumbuhan volume. Susu fermentasi juga dibahas secara khusus pada halaman 18, susu pasteurisasi di halaman 19, yoghurt cream dan drink di halaman 20-21, serta keju olahan pada halaman 22.
Riset ini juga dilengkapi dengan data produksi susu segar, impor susu, konsumsi bahan baku susu, serta pergerakan tren konsumsi susu di Indonesia. Ditambah dengan kapasitas terpasang, produksi, dan konsumsi susu cair, susu kental manis, susu bubuk.
Riset data industri sebanyak 29 halaman ini berasal dari BPS, WHO dan Bank Dunia, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan sejumlah perusahaan susu di Indonesia, diolah duniaindustri.com.
Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Data dan Outlook Industri Susu & Teh Siap Minum 2013-2016 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri susu bubuk, susu cair (ultra high temperatures/UHT), serta teh siap minum (ready to drink tea/RDT) di Indonesia, mulai dari tren pertumbuhan pasar, tren permintaan/demand, nilai pasar (market size) tiga tahun terakhir dan proyeksi 2016, hingga produsen terbesar di Indonesia, strategi ekspansi ke depan, serta kinerja keuangan para pemain di industri ini.
Data ini dimulai dengan menampilkan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2014-2019 (estimasi), kondisi perilaku konsumen di Indonesia dari total jumlah penduduk 252 juta jiwa, dengan jumlah konsumen kelas menengah hampir 50% yang berada di bawah umur 30 tahun. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar. (halaman 2-3)
Data ini juga menjabarkan pertumbuhan rata-rata per tahun minuman diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%). (halaman 5-7)
Selain itu, data ini menampilkan ukuran pasar (market size) industri susu cair periode 2013-2015, konsumsi per kapita, karakteristik utama di industri susu cair. Secara khusus, Duniaindustri membuat riset proyeksi market size industri susu cair pada 2016, pertumbuhan volume penjualan, serta pangsa pasar 8 pemain di Indonesia. (halaman 8-9)
Demikian juga di industri susu bubuk, data ini menampilkan ukuran pasar (market size) serta pertumbuhannya, dan pangsa pasar 11 pemain utama di Indonesia. (halaman 9)
Di samping itu, data ini juga menampilkan ukuran pasar (market size) serta pertumbuhan industri teh siap minum (ready to drink tea/RDT) periode 2013-2016, pangsa pasar 5 pemain utama, serta karakteristik (tren) yang berkembang. (halaman 10)
Pada halaman 12-24, ditampilkan data pemimpin pasar (market leader) di segmen susu cair ultra high temperature (UHT) dan RTD kemasan di Indonesia, profil singkat, komposisi lini usaha per perusahaan, jaringan distribusi, strategi ekspansi, pangsa pasar per produk, serta kinerja keuangan.
Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari BPS, WHO dan Bank Dunia, Kementerian Perindustrian, dan sejumlah perusahaan susu bubuk, susu cair, dan minuman teh siap saji di Indonesia, diolah duniaindustri.com.
Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
C) Data dan Outlook Industri Consumer Goods 2016 ini menampilkan pasar industri consumer goods di Indonesia dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, 50% di antaranya merupakan usia produktif. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar.
Data ini juga menjabarkan pertumbuhan rata-rata per tahun pasar makanan dalam kemasan dan minuman ringan selama 2013-2017 akan berada di atas angka 10%. Secara keseluruhan, packaged food selama periode tersebut akan tumbuh rata-rata 12,6% per tahun. Beberapa jenis makanan yang identik dengan lifestyle masyarakat middle class income diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di antaranya canned/preserved food (16,7%), frozen processed food (16,6%), ice cream (18%), dan noodles (13,5%).
Sementara itu, minuman ringan diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%).
Secara special, Duniaindustri.com membuat riset pertumbuhan pasar consumer goods dari 2009 ke 2015, khusus untuk sejumlah produk antara lain: biskuit dan wafer, mi instan, snack, jeli, permen, roti, minuman berenergi, minuman isotonik, sirup, teh siap saji, kopi siap saji, jus, susu siap saji, minuman berkarbonasi, minuman sari buah, air minum dalam kemasan.
Data sebanyak 15 halaman pdf ini berasal dari berbagai sumber antara lain asosiasi industri, lembaga riset dunia, dan BPS. Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
D) Data Industri Makanan-Minuman dan Program Hilirisasi ini menampilkan kinerja pertumbuhan industri makanan-minuman 2006-2013, jumlah perusahaan, nilai investasi, jumlah tenaga kerja, dan kapasitas produksi. Selan itu, tren hilirisasi industri kelapa sawit, kakao, gula sebagai bahan baku industri makanan minuman. Data ini juga menampilkan berbagai regulasi terbaru terkait industri makanan-minuman. Data berisi 23 halaman ini dibuat oleh Kementerian Perindustrian dan diolah duniaindustri.com.(*)
E) Data Konsumsi dan Impor Susu di Indonesia (periode lima tahun terakhir) ini menampilkan pertumbuhan konsumsi dan impor susu di Indonesia periode lima tahun terakhir. Data ini berasal dari asosiasi industri, BPS, kementerian terkait.(*)
Sumber: klik di sini
Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini
Butuh content provider profesional, klik di sini
Kamis, 01 September 2016
Mengurai Rekam Jejak dan Data Industri Biskuit
Pasar
biskuit dan wafer di Indonesia tumbuh signifikan dalam enam tahun
terakhir, dari Rp 3 triliun pada 2009 menjadi sekitar Rp 6,23 triliun
pada 2015, menurut data duniaindustri.com. Hal ini menunjukkan potensi pasar yang besar.
Dalam kategori biskuit dan wafer, ada enam subkategori yakni wafer, assorted biscuit, crackers, marie, stick, dan cookies. Persaingan ketat terjadi di segmen assorted biscuit. Masing-masing produsen mengusung sejumlah merek untuk menguasai pasar.
Untuk mengetahui rekam jejak dan riset tren persaingan pasar, ada baiknya Anda menyimak ulasan berikut ini:
Resume Isi Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader) per halaman:
Halaman dan isinya:
1. Cover depan
2. Highlights pasar consumer goods di Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.
3. Highlights pasar consumer goods di Indonesia dilihat dari PDB per kapita, konsumen kelas menengah, dan jumlah rumah tangga dengan daya belanja US$ 5000-US$ 15.000.
4. Outlook pertumbuhan berbagai jenis sektor industri makanan dan minuman 2013-2017 yang meliputi bakery, dairy, noodles, snack, frozen processed food, canned food, ice cream, bottle water, RTD tea, RTD coffee, energy drink, fruit juice, concentrares.
5. Highlights industri consumer goods yang menjadi salah satu sektor industri paling potensial dikembangkan sesuai peluang pasar.
6. Pertumbuhan nilai penjualan produk makanan dan minuman di Indonesia 2008-2015 serta analisisnya.
7. Indonesia consumer goods market size, nilai pasar industri consumer goods mencakup biskuit dan wafer, mi instan, snack, jeli, permen, minuman berenergi, minuman isotonik, sirup, teh siap saji, kopi siap saji, jus, susu siap saji periode 2009 dan 2015.
8. Nilai pasar industri consumer goods mencakup minuman berkarbonasi, minuman sari buah, air minum dalam kemasan, dan roti periode 2009-2015.
9. Tren pangsa pasar biskuit 2015 (market share by brand sales)
10. Tren pansa psar dilihat dari kapasitas produksi per perusahaan biskuit 2015.
11. Kapasitas produksi top 15 perusahaan biskuit di Indonesia, per grup dan per perusahaan, serta persentase terhadap total produksi biskuit nasional.
12. Kapasitas produksi top 15 perusahaan biskuit di Indonesia, per grup dan per perusahaan, serta persentase terhadap total produksi biskuit nasional.
13. Perkembangan produksi biskuit nasional dan persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
14. Perkembangan ekspor biskuit asal Indonesia secara volume dan nilai (US$) serta persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
15. Perkembangan impor biskuit secara volume dan nilai (US$) serta persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
16. Neraca produksi dan konsumsi biskuit di pasar Indonesia secara volume serta persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
17. Proyeksi dan estimasi produksi dan konsumsi biskuit di pasar Indonesia secara volume serta persentase pertumbuhannya periode 2016-2017.
18. Kinerja keuangan market leader biskuit (meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih) periode 2015.
19. Kinerja keuangan market leader biskuit (meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih) periode Januari-Mei 2016.
20. Proyeksi dan target kinerja keuangan market leader biskuit yakni PT Mayora(meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih) periode 2016.
21. Rekam jejak kinerja keuangan market leader biskuit (meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih, liabilitas, modal kerja, aset dan lainnya) periode 2013-2015.
22. Rekam jejak rasio-rasio profitabilitas market leader biskuit periode 2013-2015.
23. Market intelijen kebijakan strategis dari market leader biskuit.
24. Kendala dan tantangan yang dihadapi dari market leader biskuit.
25. Profil competitor atau pesaing utama dari market leader industri biskuit, yakni PT GarudaFood.
26. Struktur grup kompetitor dan nama-nama perusahaan yang termasuk di dalamnya.
27. Profil operasional kompetitor utama di industri biskuit.
28. Distribution network dari perusahaan kompetitor di industri biskuit.
29-34. Market intelijen terkait kinerja keuangan dan strategi pasar kompetitor lain di industri biskuit, yakni PT Siantar Top
35. Cover penutup
Sumber: di sini
* Butuh data industri atau riset pasar lainnya, klik di sini
Dalam kategori biskuit dan wafer, ada enam subkategori yakni wafer, assorted biscuit, crackers, marie, stick, dan cookies. Persaingan ketat terjadi di segmen assorted biscuit. Masing-masing produsen mengusung sejumlah merek untuk menguasai pasar.
Untuk mengetahui rekam jejak dan riset tren persaingan pasar, ada baiknya Anda menyimak ulasan berikut ini:
Resume Isi Riset Pasar dan Data Industri Biskuit 2010-2016 (Peta Persaingan dan Tren Market Leader) per halaman:
Halaman dan isinya:
1. Cover depan
2. Highlights pasar consumer goods di Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.
3. Highlights pasar consumer goods di Indonesia dilihat dari PDB per kapita, konsumen kelas menengah, dan jumlah rumah tangga dengan daya belanja US$ 5000-US$ 15.000.
4. Outlook pertumbuhan berbagai jenis sektor industri makanan dan minuman 2013-2017 yang meliputi bakery, dairy, noodles, snack, frozen processed food, canned food, ice cream, bottle water, RTD tea, RTD coffee, energy drink, fruit juice, concentrares.
5. Highlights industri consumer goods yang menjadi salah satu sektor industri paling potensial dikembangkan sesuai peluang pasar.
6. Pertumbuhan nilai penjualan produk makanan dan minuman di Indonesia 2008-2015 serta analisisnya.
7. Indonesia consumer goods market size, nilai pasar industri consumer goods mencakup biskuit dan wafer, mi instan, snack, jeli, permen, minuman berenergi, minuman isotonik, sirup, teh siap saji, kopi siap saji, jus, susu siap saji periode 2009 dan 2015.
8. Nilai pasar industri consumer goods mencakup minuman berkarbonasi, minuman sari buah, air minum dalam kemasan, dan roti periode 2009-2015.
9. Tren pangsa pasar biskuit 2015 (market share by brand sales)
10. Tren pansa psar dilihat dari kapasitas produksi per perusahaan biskuit 2015.
11. Kapasitas produksi top 15 perusahaan biskuit di Indonesia, per grup dan per perusahaan, serta persentase terhadap total produksi biskuit nasional.
12. Kapasitas produksi top 15 perusahaan biskuit di Indonesia, per grup dan per perusahaan, serta persentase terhadap total produksi biskuit nasional.
13. Perkembangan produksi biskuit nasional dan persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
14. Perkembangan ekspor biskuit asal Indonesia secara volume dan nilai (US$) serta persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
15. Perkembangan impor biskuit secara volume dan nilai (US$) serta persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
16. Neraca produksi dan konsumsi biskuit di pasar Indonesia secara volume serta persentase pertumbuhannya periode 2007-2015.
17. Proyeksi dan estimasi produksi dan konsumsi biskuit di pasar Indonesia secara volume serta persentase pertumbuhannya periode 2016-2017.
18. Kinerja keuangan market leader biskuit (meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih) periode 2015.
19. Kinerja keuangan market leader biskuit (meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih) periode Januari-Mei 2016.
20. Proyeksi dan target kinerja keuangan market leader biskuit yakni PT Mayora(meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih) periode 2016.
21. Rekam jejak kinerja keuangan market leader biskuit (meliputi penjualan, laba kotor, laba usaha, laba bersih, liabilitas, modal kerja, aset dan lainnya) periode 2013-2015.
22. Rekam jejak rasio-rasio profitabilitas market leader biskuit periode 2013-2015.
23. Market intelijen kebijakan strategis dari market leader biskuit.
24. Kendala dan tantangan yang dihadapi dari market leader biskuit.
25. Profil competitor atau pesaing utama dari market leader industri biskuit, yakni PT GarudaFood.
26. Struktur grup kompetitor dan nama-nama perusahaan yang termasuk di dalamnya.
27. Profil operasional kompetitor utama di industri biskuit.
28. Distribution network dari perusahaan kompetitor di industri biskuit.
29-34. Market intelijen terkait kinerja keuangan dan strategi pasar kompetitor lain di industri biskuit, yakni PT Siantar Top
35. Cover penutup
Sumber: di sini
* Butuh data industri atau riset pasar lainnya, klik di sini
Rabu, 24 Agustus 2016
Penjual Ayam Potong Terpercaya dan Tercepat
Inkukhu (fast delivery chicken) merupakan brand baru yang dikembangkan duniaindustri.com untuk melengkapi Divestama. Brand Inkukhu
ini diperkenalkan dengan tujuan menghadirkan kecepatan dan kualitas
dalam menghadirkan berbagai jenis produk ayam berkualitas sampai ke
rumah Anda.
Kami menyadari, ayam sebagai salah satu sumber protein yang paling besar dikonsumsi publik merupakan pilihan yang tepat untuk berinvestasi di sektor fast moving consumer product. Berdasarkan data duniaindustri.com, konsumsi ayam mencakup 65% dari konsumsi daging masyarakat Indonesia, terbesar dibanding jenis daging lainnya. Karena itu, kami menghadikan brand Inkukhu ini untuk menopang perputaran distribusi yang cepat.
Dengan dukungan alur distribusi yang mencukupi, kami ingin menyediakan berbagai jenis ayam siap konsumsi dengan harga yang jauh kompetitif. Kami akan terus mengembangkan brand ini dengan inovasi baru untuk memberikan nilai tambah bagi penggunanya.
Ayam Potong Inkhuku
(Higienis dan halal, Segar Selalu)
Informasi Lebih Lanjut dan Pemesanan, Hubungi:
Tim Duniaindustri.com
Andryanto Suwismo
Executive Duniaindustri.com
Email: andry.dry@gmail.com
WA: 08896583870
HP: 08896583870
Suci Widyaningsih
Corporate Secretary Duniaindustri.com
Email: uchy@desainbagus.com
Kantor:
MAIN OFFICE
Jl. Mandar XII DD2/69 Bintaro Sektor 3 Jakarta Selatan
BRANCHES
Kavling Pelita Air Service Blok B nomor 24, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, 16434.
Kami menyadari, ayam sebagai salah satu sumber protein yang paling besar dikonsumsi publik merupakan pilihan yang tepat untuk berinvestasi di sektor fast moving consumer product. Berdasarkan data duniaindustri.com, konsumsi ayam mencakup 65% dari konsumsi daging masyarakat Indonesia, terbesar dibanding jenis daging lainnya. Karena itu, kami menghadikan brand Inkukhu ini untuk menopang perputaran distribusi yang cepat.
Dengan dukungan alur distribusi yang mencukupi, kami ingin menyediakan berbagai jenis ayam siap konsumsi dengan harga yang jauh kompetitif. Kami akan terus mengembangkan brand ini dengan inovasi baru untuk memberikan nilai tambah bagi penggunanya.
Ayam Potong Inkhuku
(Higienis dan halal, Segar Selalu)
Informasi Lebih Lanjut dan Pemesanan, Hubungi:
Tim Duniaindustri.com
Andryanto Suwismo
Executive Duniaindustri.com
Email: andry.dry@gmail.com
WA: 08896583870
HP: 08896583870
Suci Widyaningsih
Corporate Secretary Duniaindustri.com
Email: uchy@desainbagus.com
Kantor:
MAIN OFFICE
Jl. Mandar XII DD2/69 Bintaro Sektor 3 Jakarta Selatan
BRANCHES
Kavling Pelita Air Service Blok B nomor 24, Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Depok, 16434.
Senin, 18 April 2016
Inilah Bukti Daya Beli Konsumen Masih Rendah
Permintaan produk consumer goods per Februari 2016 anjlok 9,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, mengindikasikan konsumen masih tetap menahan pembelian. Menurut analisis lembaga riset Kantar Wordpanel Indonesia, volume penjualan consumer goods turun 9,6%, sementara secara nilai anjlok 6,3%, meski harga per unit naik 4%.
Pasar produk consumer goods pada 12 minggu hingga akhir Februari 2016 belum mampu bangkit, seiring perlambatan ekonomi nasional yang memukul daya beli konsumen. Pelemahan demand produk consumer goods secara volume menjadi yang terburuk dalam delapan kuartal terakhir, menandakan tekanan berat bagi produsen.
Penjualan produk makanan anjlok 15,2% secara volume dan turun 7,9% secara nilai per akhir Februari 2016. Demikian juga produk dairy yang melemah 4,2% secara volume dan turun 4,5% secara nilai. Penjualan produk minuman juga turun 6,3% secara volume, dan anjlok 8% secara nilai. Penjualan produk home care turun 7,1% secara nilai dan anjlok 4,4% secara nilai. Penjualan produk personal care turun 7,5% secara volume dan anjlok 4,3% secara nilai.
Seluruh kategori produk consumer goods menderita pertumbuhan negatif per Februari 2016 mengindikasikan tekanan berat dialami daya beli konsumen. Tren negatif ini mesti diwaspadai oleh seluruh produsen consumer goods agar tidak terjebak pada kemerosotan penjualan yang berimplikasi negatif terhadap cash flow perusahaan.
Dilihat dari tren makro ekonomi, inflasi pada Februari 2016 naik menjadi 4,42% dari inflasi Januari sebesar 4,14%. Perekonomian Indonesia tumbuh 5,04% pada kuartal IV 2015, sedikit di atas ekspektasi 4,91%. Sementara nilai mata uang rupiah menguat sekitar 3% pada Februari 2016 di level Rp 13.583/US$ dibanding bulan sebelumnya.
Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.
Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%. Namun, tekanan berat yang dihadapi konsumen mengubah tren pasar pada 2015-2016.(*)
Sumber: di sini
Pasar produk consumer goods pada 12 minggu hingga akhir Februari 2016 belum mampu bangkit, seiring perlambatan ekonomi nasional yang memukul daya beli konsumen. Pelemahan demand produk consumer goods secara volume menjadi yang terburuk dalam delapan kuartal terakhir, menandakan tekanan berat bagi produsen.
Penjualan produk makanan anjlok 15,2% secara volume dan turun 7,9% secara nilai per akhir Februari 2016. Demikian juga produk dairy yang melemah 4,2% secara volume dan turun 4,5% secara nilai. Penjualan produk minuman juga turun 6,3% secara volume, dan anjlok 8% secara nilai. Penjualan produk home care turun 7,1% secara nilai dan anjlok 4,4% secara nilai. Penjualan produk personal care turun 7,5% secara volume dan anjlok 4,3% secara nilai.
Seluruh kategori produk consumer goods menderita pertumbuhan negatif per Februari 2016 mengindikasikan tekanan berat dialami daya beli konsumen. Tren negatif ini mesti diwaspadai oleh seluruh produsen consumer goods agar tidak terjebak pada kemerosotan penjualan yang berimplikasi negatif terhadap cash flow perusahaan.
Dilihat dari tren makro ekonomi, inflasi pada Februari 2016 naik menjadi 4,42% dari inflasi Januari sebesar 4,14%. Perekonomian Indonesia tumbuh 5,04% pada kuartal IV 2015, sedikit di atas ekspektasi 4,91%. Sementara nilai mata uang rupiah menguat sekitar 3% pada Februari 2016 di level Rp 13.583/US$ dibanding bulan sebelumnya.
Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.
Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%. Namun, tekanan berat yang dihadapi konsumen mengubah tren pasar pada 2015-2016.(*)
Sumber: di sini
Rabu, 06 April 2016
Omzet Industri Kecap Rp 7,1 Triliun, Bumbu Masak Rp 7,2 Triliun
Industri kecap dan bumbu masak meski dianggap sepele, namun menawarkan omzet yang begitu fantastis. Lihat saja, menurut data Kementerian Perindustrian, saat ini terdapat 94 unit usaha industri kecap dan 56 unit usaha bumbu masak skala menengah-besar.
“Nilai produksi kecap Rp 7,1 triliun dan untuk bumbu Rp 7,2 triliun pada tahun 2014 sehingga totalnya menjadi Rp 14,3 triliun,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Pasar industri consumer goods (barang konsumsi harian/fast moving consumer goods) di indonesia memang besar, ditopang jumlah penduduk 250 juta jiwa dan pertumbuhan konsumen kelas menengah yang pesat. Dari industri consumer goods, ternyata industri kecap dan bumbu masak memiliki nilai pasar yang cukup besar.
Tercatat, serapan tenaga kerja industri kecap sebesar 8.500 orang dan industri bumbu masak 9.700 orang. Sedangkan untuk produk savoury (non MSG) pasarnya tumbuh sekitar sembilan hingga sepuluh persen.
Saat ini, terdapat pabrik kecap dan bumbu milik Unilever Indonesia yang berkapasitas 330 ribu ton per tahun. Nilai investasi mencapai Rp 820 miliar dan dibangun sejak 2013. Pemerintah berharap berdirinya pabrik ini dapat mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman Indonesia.
Saleh mengapresiasi ekspansi Unilever sebagai pembuktian komitmen untuk meningkatkan nilai investasi dan menangkap peluang kebutuhan kecap dan bumbu masak instan. “Kami akan terus meningkatkan investasi dan bekerja sama dengan petani Indonesia dalam memproduksi bahan baku,” kata Unilever Global Chief Supply Chain Officer, Pier Luigi Sigismond.
Tahun ini, Unilever menyiapkan investasi sebesar Rp 1,2 triliun, termasuk untuk pabrik kecap ini. Unilever juga akan membangun industri oleokimia di Kawasan Industri Kuala Tanjung-Sei Mangke di Sumatra Utara. “Investasi yang disiapkan sebesar Rp 2 triliun,” kata Director of Goverment and Corporate Affairs Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso.
Nilai pasar industri (market industrial size) kecap di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada 2001, nilai pasar industri kecap baru mencapai Rp 1,6 triliun dan naik signifikan menjadi Rp 3 triliun pada 2005. Angka tersebut meningkat lagi lebih dari dua kali lipat pada 2014 menjadi Rp 7,1 triliun.
Menurut lembaga riset pasar Euromonitor International, PT Heinz ABC Indonesia, PMA asal Amerika Serikat, menguasai 40% dari pasar kecap di Indonesia pada 2001 sebesar Rp 1,6 triliun. Namun, pada 2005, posisinya menurun hingga 33% dari total pasar yang mencapai Rp 3 triliun.
Heinz dengan kecap manis ABC merupakan penguasa pasar kecap di Indonesia, yang bersaing ketat dengan Unilever yang mengusung merek Bango. Pangsa pasar kecap Bango tetap stabil selama 2001-2005 sebesar 32%.
Kecap manis ABC sebetulnya bukan pemain baru di industri kecap nasional. Februari 1999, saham mayoritas pendiri kecap yang terdiri atas tujuh varian ini dibeli oleh HJ Heinz Co, perusahaan kecap yang berpusat di Pittsburg, Amerika Serikat. Tak lama kemudian, nama perusahaan pun berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia.
Lewat bendera barunya, kecap ABC mengalami perubahan teknologi informasi, proses pembuatan, dan jaringan pasar internasional. Hasilnya, angka penjualan tahunan kecap ABC dunia tak bergeser dari US$ 100 juta atau Rp 897 miliar, dengan kontribusi utama dari Indonesia.
Tak mau kalah, Unilever Indonesia pun mengakuisisi produk Kecap Bango pada 2001. Di tangan perusahaan multinasional ini, Kecap Bango tumbuh pesat lewat pemasaran modern. Kini, penjualan tahunannya diperkirakan Rp 500 miliar. Kecap Bango pun melebarkan sayap hingga ke Asia Tenggara dan Arab Saudi.(*)
Sumber: di sini
“Nilai produksi kecap Rp 7,1 triliun dan untuk bumbu Rp 7,2 triliun pada tahun 2014 sehingga totalnya menjadi Rp 14,3 triliun,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Pasar industri consumer goods (barang konsumsi harian/fast moving consumer goods) di indonesia memang besar, ditopang jumlah penduduk 250 juta jiwa dan pertumbuhan konsumen kelas menengah yang pesat. Dari industri consumer goods, ternyata industri kecap dan bumbu masak memiliki nilai pasar yang cukup besar.
Tercatat, serapan tenaga kerja industri kecap sebesar 8.500 orang dan industri bumbu masak 9.700 orang. Sedangkan untuk produk savoury (non MSG) pasarnya tumbuh sekitar sembilan hingga sepuluh persen.
Saat ini, terdapat pabrik kecap dan bumbu milik Unilever Indonesia yang berkapasitas 330 ribu ton per tahun. Nilai investasi mencapai Rp 820 miliar dan dibangun sejak 2013. Pemerintah berharap berdirinya pabrik ini dapat mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman Indonesia.
Saleh mengapresiasi ekspansi Unilever sebagai pembuktian komitmen untuk meningkatkan nilai investasi dan menangkap peluang kebutuhan kecap dan bumbu masak instan. “Kami akan terus meningkatkan investasi dan bekerja sama dengan petani Indonesia dalam memproduksi bahan baku,” kata Unilever Global Chief Supply Chain Officer, Pier Luigi Sigismond.
Tahun ini, Unilever menyiapkan investasi sebesar Rp 1,2 triliun, termasuk untuk pabrik kecap ini. Unilever juga akan membangun industri oleokimia di Kawasan Industri Kuala Tanjung-Sei Mangke di Sumatra Utara. “Investasi yang disiapkan sebesar Rp 2 triliun,” kata Director of Goverment and Corporate Affairs Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso.
Nilai pasar industri (market industrial size) kecap di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Pada 2001, nilai pasar industri kecap baru mencapai Rp 1,6 triliun dan naik signifikan menjadi Rp 3 triliun pada 2005. Angka tersebut meningkat lagi lebih dari dua kali lipat pada 2014 menjadi Rp 7,1 triliun.
Menurut lembaga riset pasar Euromonitor International, PT Heinz ABC Indonesia, PMA asal Amerika Serikat, menguasai 40% dari pasar kecap di Indonesia pada 2001 sebesar Rp 1,6 triliun. Namun, pada 2005, posisinya menurun hingga 33% dari total pasar yang mencapai Rp 3 triliun.
Heinz dengan kecap manis ABC merupakan penguasa pasar kecap di Indonesia, yang bersaing ketat dengan Unilever yang mengusung merek Bango. Pangsa pasar kecap Bango tetap stabil selama 2001-2005 sebesar 32%.
Kecap manis ABC sebetulnya bukan pemain baru di industri kecap nasional. Februari 1999, saham mayoritas pendiri kecap yang terdiri atas tujuh varian ini dibeli oleh HJ Heinz Co, perusahaan kecap yang berpusat di Pittsburg, Amerika Serikat. Tak lama kemudian, nama perusahaan pun berubah menjadi PT Heinz ABC Indonesia.
Lewat bendera barunya, kecap ABC mengalami perubahan teknologi informasi, proses pembuatan, dan jaringan pasar internasional. Hasilnya, angka penjualan tahunan kecap ABC dunia tak bergeser dari US$ 100 juta atau Rp 897 miliar, dengan kontribusi utama dari Indonesia.
Tak mau kalah, Unilever Indonesia pun mengakuisisi produk Kecap Bango pada 2001. Di tangan perusahaan multinasional ini, Kecap Bango tumbuh pesat lewat pemasaran modern. Kini, penjualan tahunannya diperkirakan Rp 500 miliar. Kecap Bango pun melebarkan sayap hingga ke Asia Tenggara dan Arab Saudi.(*)
Sumber: di sini
Kamis, 31 Maret 2016
Bisnis Wedding Catering Makin Menggiurkan
Potensi bisnis wedding catering (katering pernikahan) ternyata cukup menggiurkan mengingat peminat yang cukup tinggi. Bagaimana tidak, setiap pasangan yang hendak menikah pasti mencari paket wedding catering yang sesuai budjet, ternama, apik pelayanannya, serta hasilnya memuaskan. Jika dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, jumlah pasangan yang akan menikah setahun ambil saja 1%, itu berarti potensi bisnis ini meliputi 2,5 juta calon konsumen. Bisnis yang menggiurkan bukan.
Namun, jangan salah, bisnis wedding catering juga makin ketat persaingannya mengingat menjamurnya pemain baru. Tiap daerah pasti memiliki usaha wedding catering tersendiri.
Salah satu perusahaan ternama yang bergerak di bisnis wedding catering adalah Vessa Catering. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa penyedia katering pernikahan dan paket katering pernikahan di Jakarta yang sudah berpengalaman hingga puluhan tahun.
Didukung dengan pemilihan kualitas bahan baku pilihan terbaik serta Quality Control dengan standarisasi khusus untuk menjaga rasa dan kualitas produk. Mutu pelayanan pada penyajian hidangan, lalu dekorasi yang menarik dan tata letak yang mengutamakan detail serta inovatif dalam setiap pergelaran acara.
Selain menyediakan paket pernikahan, Vessa catering juga melayani berbagai keperluan katering untuk berbagai acara seperti ulang tahun, seminar, tujuh bulanan, family gathering dan berbagai acara lainnya.
Dengan pilihan menu cita rasa Indonesia yang khas maupun menu pilihan Western yang beragam serta berkualitas tinggi. VESSA menjawab akan kebutuhan katering pernikahan yang lezat, sehat, dan bermutu tinggi.
Untuk melihat detail paket pernikahan ataupun catering untuk acara anda, silahkan hubungi Vessa Catering atau dengan mengunjungi website vessa catering di vessacatering.com
Namun, jangan salah, bisnis wedding catering juga makin ketat persaingannya mengingat menjamurnya pemain baru. Tiap daerah pasti memiliki usaha wedding catering tersendiri.
Salah satu perusahaan ternama yang bergerak di bisnis wedding catering adalah Vessa Catering. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa penyedia katering pernikahan dan paket katering pernikahan di Jakarta yang sudah berpengalaman hingga puluhan tahun.
Didukung dengan pemilihan kualitas bahan baku pilihan terbaik serta Quality Control dengan standarisasi khusus untuk menjaga rasa dan kualitas produk. Mutu pelayanan pada penyajian hidangan, lalu dekorasi yang menarik dan tata letak yang mengutamakan detail serta inovatif dalam setiap pergelaran acara.
Selain menyediakan paket pernikahan, Vessa catering juga melayani berbagai keperluan katering untuk berbagai acara seperti ulang tahun, seminar, tujuh bulanan, family gathering dan berbagai acara lainnya.
Dengan pilihan menu cita rasa Indonesia yang khas maupun menu pilihan Western yang beragam serta berkualitas tinggi. VESSA menjawab akan kebutuhan katering pernikahan yang lezat, sehat, dan bermutu tinggi.
Untuk melihat detail paket pernikahan ataupun catering untuk acara anda, silahkan hubungi Vessa Catering atau dengan mengunjungi website vessa catering di vessacatering.com
"Mempersiapkan pesta buat menikah memang harus sabar, detil, dan rajin cari info. Tapi, Vessa Catering bisa menjawab semua kebutuhan kami untuk mengadakan pesta pernikahan yang romantis, elegan dan ribet karena pakai adat Jawa sesuai keinginan orang tua. Rupanya mereka tidak hanya katering pernikahan saja, tapi bisa menyipakan dekorasi, baju adat sampai pemotretan. One stop shopping jadinya deh. Makasih banget ya."
Testimoni Leo & Lia
Rabu, 30 Maret 2016
Mau Tahu Omzet Bisnis Mi Instan Indofood
Omzet bisnis mi instan Grup Indofood yang dimotori PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menembus Rp 20,6 triliun sepanjang 2015. Dengan jumlah tersebut, omzet penjualan mi instan berkontribusi 65% terhadap total penjualan Indofood CBP pada tahun lalu yang mencapai Rp 31,74 triliun.
Anthoni Salim, Direktur Utama dan CEO Indofood CBP Sukses Makmur, menjelaskan perseroan pada tahun lalu membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 5,7% menjadi Rp 31,74 triliun dibanding 2014 sebesar Rp 30,02 triliun. Kontribusi penjualan divisi mi instan masih menjadi yang terbesar, yakni 65%, disusul dairy (19%), makanan ringan (6%), penyedap makanan (2%), nutrisi & makanan khusus (2%), dan minuman (6%) dari total penjualan neto konsolidasi.
Laba usaha tumbuh 25,3% menjadi Rp 3,99 triliun dari sebelumnya Rp 3,19 triliun. Margin laba usaha naik menjadi 12,6% dari 10,6%. Laba bersih meningkat 13,5% menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya 2,64 triliun seiring kenaikan margin bersih dari 8,8% menjadi 9,5%.
"Kami senang Indofood CBP berhasil mencatatkan kinerja yang baik pada 2015 di tengah kondisi ekonomi makro yang penuh tantangan. Kami gembira dengan perkembangan ekonomi dalam negeri yang terjadi hingga saat ini dan berharap 2016 akan menjadi tahun yang lebih baik. Namun, kami akan tetap waspada terhadap tantangan baru yang mungkin akan timbul," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Indofood Group melalui anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), masih menguasai pasar mi instan di Indonesia, meski persaingan di sektor tersebut makin ketat. Dengan kapasitas produksi mi instan lebih dari 15 miliar bungkus per tahun, Indomie yang diproduksi Indofood CBP menguasai pangsa pasar mi instan nasional sebesar 69,6% pada 2007 dan kemudian naik menjadi 75,2% di 2011 dan terakhir sebesar 74%, menurut riset duniaindustri.com.
Indofood CBP Sukses Makmur merupakan perusahaan yang menerima penggabungan empat perusahaan di bawah Salim Group. Empat perusahaan itu adalah PT Indosentra Pelangi, PT Gizindo Primanusantara, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, PT Ciptakemas Abadi. Proses penggabungan empat perusahaan itu dimulai pada September 2009 dan tuntas 17 Maret 2010.
Indofood CBP sendiri memproduksi mi instan dengan sejumlah merek andalan seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, dan Pop Bihun.
Namun, sejak 2003 dominasi Indofood di pasar mi instan mulai mengalami penurunan dengan hadirnya Mie Sedap milik PT Sayap Mas Utama, anak usaha Wings Group. Penurunan pangsa Indofood di mi instan terlihat pada 2002 pangsa pasanya 90%, kemudian menurun menjadi 75% pada 2003, dan pada 2007 sekitar 73,7% dengan menggabungkan pangsa Indomie, Supermie, Sarimi, dan Pop Mie.
Pada 2005, PT Indofood Sukses Makmur sempat menguasai sekitar 78% pangsa pasar mie instan di Indonesia. Dominasi pangsa pasar tersebut berkurang dari sebelumnya hampir 90% seiring dengan desakan KPPU agar persaingan harga yang lebih sehat. Apalagi, beberapa pendatang baru dalam bisnis mie cepat saji ini pun mulai bermunculan.
Sempat ditarik oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Taiwan ternyata tidak memengaruhi pangsa Indomie maupun Indofood. Perbedaan standar yang ditetapkan di Indonesia dan Taiwan soal penggunaan pengawet Nipagin atau Methyl p-hydroxybenzoate merupakan hal yang umum terjadi sehingga terjadi perbedaan penerapan Codex Alimentarius Commission (CAC) oleh masing-masing negara. melihat hal tersebut, peningkatan penjualan Indomie diyakini akan kembali naik.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan, dominasi produk-produk Indofood Grup (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie) di pasar mie instan diprediksi masih akan sulit dipatahkan. Sebab, perusahaan pelopor mie instan dan terbesar di dunia itu sudah memiliki brand equity dan cocok dikonsumsi di Indonesia.
Meski begitu, persaingan bisnis mie instan masih akan berkembang karena produsen lain juga melihat peluang besar di sektor usaha ini. Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp15 triliun menarik minat beberapa pemain di luar Grup Indofood dan Grup Wings. Angka ini jelas membuat banyak perusahaan tertarik untuk ikut bersaing di pasar mie instan.
Diketahui, sejak lima tahun terakhir pasar mie instan hanya menjadi arena pertarungan antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings). Keduanya menguasai sekitar 93% dari seluruh pasar mi instan di Indonesia. Sementara sisanya dikuasai sejumlah pemain kecil dalam industri tersebut.
Para kompetitor yang berjumlah lebih dari 84 perusahaan siap menggerus ceruk pasar Indomie. Mie Sedaap belakangan sangat agresif melakukan penetrasi pasar guna merebut porsi Indomie. Alhasil, meski baru muncul pada Mei 2003 Mie Sedaap yang diproduksi PT Sayap Mas Utama (grup Wingsfood) kini berhasil meraih 23,0% pangsa pasar dan membayangi Indomie di posisi kedua.(*)
Sumber: di sini
Anthoni Salim, Direktur Utama dan CEO Indofood CBP Sukses Makmur, menjelaskan perseroan pada tahun lalu membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 5,7% menjadi Rp 31,74 triliun dibanding 2014 sebesar Rp 30,02 triliun. Kontribusi penjualan divisi mi instan masih menjadi yang terbesar, yakni 65%, disusul dairy (19%), makanan ringan (6%), penyedap makanan (2%), nutrisi & makanan khusus (2%), dan minuman (6%) dari total penjualan neto konsolidasi.
Laba usaha tumbuh 25,3% menjadi Rp 3,99 triliun dari sebelumnya Rp 3,19 triliun. Margin laba usaha naik menjadi 12,6% dari 10,6%. Laba bersih meningkat 13,5% menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya 2,64 triliun seiring kenaikan margin bersih dari 8,8% menjadi 9,5%.
"Kami senang Indofood CBP berhasil mencatatkan kinerja yang baik pada 2015 di tengah kondisi ekonomi makro yang penuh tantangan. Kami gembira dengan perkembangan ekonomi dalam negeri yang terjadi hingga saat ini dan berharap 2016 akan menjadi tahun yang lebih baik. Namun, kami akan tetap waspada terhadap tantangan baru yang mungkin akan timbul," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Indofood Group melalui anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), masih menguasai pasar mi instan di Indonesia, meski persaingan di sektor tersebut makin ketat. Dengan kapasitas produksi mi instan lebih dari 15 miliar bungkus per tahun, Indomie yang diproduksi Indofood CBP menguasai pangsa pasar mi instan nasional sebesar 69,6% pada 2007 dan kemudian naik menjadi 75,2% di 2011 dan terakhir sebesar 74%, menurut riset duniaindustri.com.
Indofood CBP Sukses Makmur merupakan perusahaan yang menerima penggabungan empat perusahaan di bawah Salim Group. Empat perusahaan itu adalah PT Indosentra Pelangi, PT Gizindo Primanusantara, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, PT Ciptakemas Abadi. Proses penggabungan empat perusahaan itu dimulai pada September 2009 dan tuntas 17 Maret 2010.
Indofood CBP sendiri memproduksi mi instan dengan sejumlah merek andalan seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, dan Pop Bihun.
Namun, sejak 2003 dominasi Indofood di pasar mi instan mulai mengalami penurunan dengan hadirnya Mie Sedap milik PT Sayap Mas Utama, anak usaha Wings Group. Penurunan pangsa Indofood di mi instan terlihat pada 2002 pangsa pasanya 90%, kemudian menurun menjadi 75% pada 2003, dan pada 2007 sekitar 73,7% dengan menggabungkan pangsa Indomie, Supermie, Sarimi, dan Pop Mie.
Pada 2005, PT Indofood Sukses Makmur sempat menguasai sekitar 78% pangsa pasar mie instan di Indonesia. Dominasi pangsa pasar tersebut berkurang dari sebelumnya hampir 90% seiring dengan desakan KPPU agar persaingan harga yang lebih sehat. Apalagi, beberapa pendatang baru dalam bisnis mie cepat saji ini pun mulai bermunculan.
Sempat ditarik oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Taiwan ternyata tidak memengaruhi pangsa Indomie maupun Indofood. Perbedaan standar yang ditetapkan di Indonesia dan Taiwan soal penggunaan pengawet Nipagin atau Methyl p-hydroxybenzoate merupakan hal yang umum terjadi sehingga terjadi perbedaan penerapan Codex Alimentarius Commission (CAC) oleh masing-masing negara. melihat hal tersebut, peningkatan penjualan Indomie diyakini akan kembali naik.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan, dominasi produk-produk Indofood Grup (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie) di pasar mie instan diprediksi masih akan sulit dipatahkan. Sebab, perusahaan pelopor mie instan dan terbesar di dunia itu sudah memiliki brand equity dan cocok dikonsumsi di Indonesia.
Meski begitu, persaingan bisnis mie instan masih akan berkembang karena produsen lain juga melihat peluang besar di sektor usaha ini. Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp15 triliun menarik minat beberapa pemain di luar Grup Indofood dan Grup Wings. Angka ini jelas membuat banyak perusahaan tertarik untuk ikut bersaing di pasar mie instan.
Diketahui, sejak lima tahun terakhir pasar mie instan hanya menjadi arena pertarungan antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings). Keduanya menguasai sekitar 93% dari seluruh pasar mi instan di Indonesia. Sementara sisanya dikuasai sejumlah pemain kecil dalam industri tersebut.
Para kompetitor yang berjumlah lebih dari 84 perusahaan siap menggerus ceruk pasar Indomie. Mie Sedaap belakangan sangat agresif melakukan penetrasi pasar guna merebut porsi Indomie. Alhasil, meski baru muncul pada Mei 2003 Mie Sedaap yang diproduksi PT Sayap Mas Utama (grup Wingsfood) kini berhasil meraih 23,0% pangsa pasar dan membayangi Indomie di posisi kedua.(*)
Sumber: di sini
Senin, 21 Maret 2016
Bread Lovers, Mau Tahu Pasar Industri Roti di Indonesia?
Pasar industri roti di Indonesia cukup besar dengan menawarkan pertumbuhan rata-rata tahunan yang cukup tinggi. Berdasarkan data Euromonitor International, pasar roti di Indonesia pada 2013 diperkirakan mencapai Rp 4,6 triliun atau sekitar 43,2 miliar yen dengan tingkat pertumbuhan rata-rata majemuk tahunan (CAGR) sebesar 13% dari 2008-2013.
Tingginya pertumbuhan itu disebabkan konsumsi roti di negeri ini tergolong masih rendah dibanding negara-negara lain, sehingga menyimpan potensi besar ke depan. Indonesia merupakan salah satu negara Asia dengan konsumsi roti per kapita terendah berdasarkan jumlah & penjualan pada tahun 2010 (1,7 kilogram per tahun per kapita & US$ 1,5 per tahun) dibanding Singapura (14,7 kilogram per tahun per kapita & US$ 31,1 per tahun), Tiongkok (13,1 kilogram per tahun per kapita & US$ 25,2 per tahun), Jepang (9,9 kilogram per tahun per kapita & US$ 34,3 per tahun).
Menyadari hal itu, Ajinomoto Co Inc, produsen bahan makanan asal Jepang, merangsek pasar roti di Indonesia dengan membuat entitas baru. Perseroan melalui anak usahanya, yakni Ajinomoto SEA Regional Headquarters Co Ltd dan Ajinomoto Bakery Co Ltd, akan masuk ke pasar roti Indonesia dengan mendirikan parusahaan baru bernama PT Ajinomoto Indonesia Bakery (ABI) yang akan bergerak di bidang pengembangan, produksi, dan pemasaran roti beku yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Agustus 2016.
Menurut manajemen perusahaan seperti dikutip dari situs resmi perseroan, selain untuk mempercepat bisnis bahan makanan di Indonesia, alasan Ajinomoto melakukan ekspansi ke segmen roti di Indonesia antara lain karena Indonesia memiliki jumlah populasi penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% per tahun pada 2010-2014.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, budaya diversifikasi makanan serta konsumsi roti ikut menyebar dengan cepat. “Dengan adanya potensi tersebut, Ajinomoto Indonesia Bakery (ABI) berencana masuk segmen pasar roti di Indonesia dengan memproduksi jenis roti beku bernilai tambah yang sampai saat ini belum banyak diproduksi di Indonesia,” kata manajemen perusahaan dalam situs resminya.
Produk roti yang dihasilkan Ajinomoto Indonesia Bakery nantinya akan dipasarkan di wilayah Jakarta oleh PT Ajinomoto Sales Indonesia dengan target konsumen dari kelas menengah. Dengan ekspansi tersebut, Ajinomoto Indonesia Bakery menargetkan bisa mencapai penjualan bersih sebesar Rp 193,5 miliar atau sekitar 1,8 miliar yen pada tahun fiskal 2020.
Ajinomoto Co merupakan salah satu perusahaan Jepang yang memiliki sejarah panjang bisnis di Indonesia. Perseroan mulai masuk di Indonesia pada 1969 dengan berdirinya PT Ajinomoto Indonesia meluncurkan produk penyedap rasa merek AJI-NO-MOTO. Sejak itu, perusahaan terus berkembang dengan beberapa produk seperti Masako, Sajiku, SAORI, dan Mayumi.
Kehadiran pendatang baru (new comers) Ajinomoto di industri roti akan mengusik market leader di sektor ini. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dengan brand Sari Roti saat ini masih menguasai 90% pasar industri roti di Indonesia.
Didirikan pada tahun 1995, Nippon Indosari adalah perusahaan manufaktur roti terbesar di Indonesia dengan merek Sari Roti. Saat ini, perseroan memiliki 10 pabrik yang tersebar di dekat kota-kota yang penduduknya banyak. Per September 2014, perseroan tercatat telah memiliki kapasitas produksi sebanyak 4 juta potong per hari atau meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 3,5 potong per hari.
Dalam hal saluran distribusi, 32% produk perseroan didistribusikan melalui toko tradisional atau General Trade (GT) dan 68% melalui Modern Trade (MT). Ekspansi dari MT seperti convenience store dan supermarket memungkinkan perseroan untuk tumbuh lebih jauh. Pada Juni 2014, produk-produk Sari Roti dijual di 20.643 gerai di Indonesia, dengan Indomaret (9.640 gerai) dan Alfamart (8.755 gerai) sebagai kontributor terbesar.(*)
Sumber: di sini
Tingginya pertumbuhan itu disebabkan konsumsi roti di negeri ini tergolong masih rendah dibanding negara-negara lain, sehingga menyimpan potensi besar ke depan. Indonesia merupakan salah satu negara Asia dengan konsumsi roti per kapita terendah berdasarkan jumlah & penjualan pada tahun 2010 (1,7 kilogram per tahun per kapita & US$ 1,5 per tahun) dibanding Singapura (14,7 kilogram per tahun per kapita & US$ 31,1 per tahun), Tiongkok (13,1 kilogram per tahun per kapita & US$ 25,2 per tahun), Jepang (9,9 kilogram per tahun per kapita & US$ 34,3 per tahun).
Menyadari hal itu, Ajinomoto Co Inc, produsen bahan makanan asal Jepang, merangsek pasar roti di Indonesia dengan membuat entitas baru. Perseroan melalui anak usahanya, yakni Ajinomoto SEA Regional Headquarters Co Ltd dan Ajinomoto Bakery Co Ltd, akan masuk ke pasar roti Indonesia dengan mendirikan parusahaan baru bernama PT Ajinomoto Indonesia Bakery (ABI) yang akan bergerak di bidang pengembangan, produksi, dan pemasaran roti beku yang dijadwalkan mulai beroperasi pada Agustus 2016.
Menurut manajemen perusahaan seperti dikutip dari situs resmi perseroan, selain untuk mempercepat bisnis bahan makanan di Indonesia, alasan Ajinomoto melakukan ekspansi ke segmen roti di Indonesia antara lain karena Indonesia memiliki jumlah populasi penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% per tahun pada 2010-2014.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, budaya diversifikasi makanan serta konsumsi roti ikut menyebar dengan cepat. “Dengan adanya potensi tersebut, Ajinomoto Indonesia Bakery (ABI) berencana masuk segmen pasar roti di Indonesia dengan memproduksi jenis roti beku bernilai tambah yang sampai saat ini belum banyak diproduksi di Indonesia,” kata manajemen perusahaan dalam situs resminya.
Produk roti yang dihasilkan Ajinomoto Indonesia Bakery nantinya akan dipasarkan di wilayah Jakarta oleh PT Ajinomoto Sales Indonesia dengan target konsumen dari kelas menengah. Dengan ekspansi tersebut, Ajinomoto Indonesia Bakery menargetkan bisa mencapai penjualan bersih sebesar Rp 193,5 miliar atau sekitar 1,8 miliar yen pada tahun fiskal 2020.
Ajinomoto Co merupakan salah satu perusahaan Jepang yang memiliki sejarah panjang bisnis di Indonesia. Perseroan mulai masuk di Indonesia pada 1969 dengan berdirinya PT Ajinomoto Indonesia meluncurkan produk penyedap rasa merek AJI-NO-MOTO. Sejak itu, perusahaan terus berkembang dengan beberapa produk seperti Masako, Sajiku, SAORI, dan Mayumi.
Kehadiran pendatang baru (new comers) Ajinomoto di industri roti akan mengusik market leader di sektor ini. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dengan brand Sari Roti saat ini masih menguasai 90% pasar industri roti di Indonesia.
Didirikan pada tahun 1995, Nippon Indosari adalah perusahaan manufaktur roti terbesar di Indonesia dengan merek Sari Roti. Saat ini, perseroan memiliki 10 pabrik yang tersebar di dekat kota-kota yang penduduknya banyak. Per September 2014, perseroan tercatat telah memiliki kapasitas produksi sebanyak 4 juta potong per hari atau meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 3,5 potong per hari.
Dalam hal saluran distribusi, 32% produk perseroan didistribusikan melalui toko tradisional atau General Trade (GT) dan 68% melalui Modern Trade (MT). Ekspansi dari MT seperti convenience store dan supermarket memungkinkan perseroan untuk tumbuh lebih jauh. Pada Juni 2014, produk-produk Sari Roti dijual di 20.643 gerai di Indonesia, dengan Indomaret (9.640 gerai) dan Alfamart (8.755 gerai) sebagai kontributor terbesar.(*)
Sumber: di sini
Rabu, 16 Maret 2016
Pencinta Biskuit, Inilah Perusahaan Penguasa Pasar Biskuit di Indonesia
Biskuit lovers, jenis makanan ringan atau cemilan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia antara lain biskuit. Jika kita berbicara tentang biskuit, setidaknya kita harus mengetahui tentang perusahaan-perusahaan yang memproduksinya. Simak yuk penjelasan di bawah ini.
Sedikitnya tujuh perusahaan produsen biskuit dan wafer berkompetisi memperebutkan pasar biskuit dan wafer di Indonesia yang diestimasi sebesar Rp 6,23 triliun tahun ini, menurut penelusuran data duniaindustri.com. Ketujuh pemimpin pasar itu adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Kraft Food Indonesia, PT Arnott’s Indonesia, Grup Orang Tua (GOT), Group GarudaFood, dan Group Khong Guan.
Berdasarkan data duniaindustri.com, pasar biskuit dan wafer di Indonesia tumbuh signifikan dalam enam tahun terakhir, dari Rp 3 triliun pada 2009 menjadi sekitar Rp 6,23 triliun pada 2015. Dalam kategori biskuit dan wafer, ada enam subkategori yakni wafer, assorted biscuit, crackers, marie, stick, dan cookies.
Asosiasi Roti, Mi, dan Biskuit (Arobim) sebelumnya memprediksi penjualan biskuit tahun ini bakal naik sebesar 8%–10% dibandingkan realisasi penjualan tahun lalu. Ketua Umum Asosiasi Roti, Mi, dan Biskuit Sribugo Suratmo menjelaskan, meskipun penjualan biskuit berpotensi tetap naik, ongkos produksi naik seiring depresiasi rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan upah pekerja. “Ongkos produksi kami naik. Tapi kami berharap penjualan sesuai target,” kata Sribugo.
Berdasarkan riset duniaindustri.com, persaingan ketat terjadi di segmen assorted biscuit. Masing-masing produsen mengusung sejumlah merek untuk menguasai pasar. Sedikitnya puluhan merek biskuit bertarung di pasar, antara lain Roma, Monde, Good Time, Danone, Biskuat, Khong Guan, Selamat, Regal, Oreo, Nissin, Better, Tim Tam, Astor, Gery, Marie Roma, Slai O’lai, dan Sari Gandum.
Mayora Indah salah satu pemimpin pasar di industri biskuit memperkuat posisinya dengan mengusung sejumlah merek antara lain Roma Marie Susu, Roma kelapa, Roma Kelapa Sandwich, Roma Malkist, Roma Malkist Abon, Roma Malkist Seaweed, Cream Creakers, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O Lai, Slai O Lai Twice, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress.
Mayora dengan biskuit Roma menjadi pemimpin pasar di segmen biskuit ukuran kecil dengan estimasi pangsa pasar 33,5%, disusul Khong Guan 11,8%, dan Oreo 4,1%, menurut penelusuran data duniaindustri.com. Namun, di segmen biskuit ukuran besar, Khong Guan lebih unggul dengan pangsa pasar 36%.
Di segmen wafer, Tango produksi Grup Orang Tua memimpin pasar dengan penguasaan 27%, sedangkan Gery produksi Garudafood memegang pangsa 14%.
Pasar Makanan
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memperkirakan nilai total penjualan produk makanan dan minuman pada 2015 menembus Rp 1.000 triliun. Meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan masyarakat middle class income, membaiknya proyeksi perekonomian yang disertai peningkatan daya beli masyarakat, serta pesatnya gerai ritel modern menjadi pendorong permintaan industri makanan dan minuman.
Data BPS menunjukkan, selama 10 tahun terakhir, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan minuman sebesar 51% dari total pengeluaran. Sementara studi AC Nielsen menunjukkan 48% dari total belanja middle class income di Indonesia adalah untuk fast moving consumer goods (FMCG), terutama makanan dan minuman.
Menteri Perindustrian Saleh Husin menjelaskan industri makanan dan minuman terus mencatatkan pertumbuhan positif meski perekonomian nasional melambat. Pada semester I 2015, pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8,46%. “Pertumbuhan industri makanan dan minuman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nonmigas sebesar 5,27% pada semester I 2015,” kata Menperin.(*)
Sumber: di sini
Sedikitnya tujuh perusahaan produsen biskuit dan wafer berkompetisi memperebutkan pasar biskuit dan wafer di Indonesia yang diestimasi sebesar Rp 6,23 triliun tahun ini, menurut penelusuran data duniaindustri.com. Ketujuh pemimpin pasar itu adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Kraft Food Indonesia, PT Arnott’s Indonesia, Grup Orang Tua (GOT), Group GarudaFood, dan Group Khong Guan.
Berdasarkan data duniaindustri.com, pasar biskuit dan wafer di Indonesia tumbuh signifikan dalam enam tahun terakhir, dari Rp 3 triliun pada 2009 menjadi sekitar Rp 6,23 triliun pada 2015. Dalam kategori biskuit dan wafer, ada enam subkategori yakni wafer, assorted biscuit, crackers, marie, stick, dan cookies.
Asosiasi Roti, Mi, dan Biskuit (Arobim) sebelumnya memprediksi penjualan biskuit tahun ini bakal naik sebesar 8%–10% dibandingkan realisasi penjualan tahun lalu. Ketua Umum Asosiasi Roti, Mi, dan Biskuit Sribugo Suratmo menjelaskan, meskipun penjualan biskuit berpotensi tetap naik, ongkos produksi naik seiring depresiasi rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan upah pekerja. “Ongkos produksi kami naik. Tapi kami berharap penjualan sesuai target,” kata Sribugo.
Berdasarkan riset duniaindustri.com, persaingan ketat terjadi di segmen assorted biscuit. Masing-masing produsen mengusung sejumlah merek untuk menguasai pasar. Sedikitnya puluhan merek biskuit bertarung di pasar, antara lain Roma, Monde, Good Time, Danone, Biskuat, Khong Guan, Selamat, Regal, Oreo, Nissin, Better, Tim Tam, Astor, Gery, Marie Roma, Slai O’lai, dan Sari Gandum.
Mayora Indah salah satu pemimpin pasar di industri biskuit memperkuat posisinya dengan mengusung sejumlah merek antara lain Roma Marie Susu, Roma kelapa, Roma Kelapa Sandwich, Roma Malkist, Roma Malkist Abon, Roma Malkist Seaweed, Cream Creakers, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O Lai, Slai O Lai Twice, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress.
Mayora dengan biskuit Roma menjadi pemimpin pasar di segmen biskuit ukuran kecil dengan estimasi pangsa pasar 33,5%, disusul Khong Guan 11,8%, dan Oreo 4,1%, menurut penelusuran data duniaindustri.com. Namun, di segmen biskuit ukuran besar, Khong Guan lebih unggul dengan pangsa pasar 36%.
Di segmen wafer, Tango produksi Grup Orang Tua memimpin pasar dengan penguasaan 27%, sedangkan Gery produksi Garudafood memegang pangsa 14%.
Pasar Makanan
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memperkirakan nilai total penjualan produk makanan dan minuman pada 2015 menembus Rp 1.000 triliun. Meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan masyarakat middle class income, membaiknya proyeksi perekonomian yang disertai peningkatan daya beli masyarakat, serta pesatnya gerai ritel modern menjadi pendorong permintaan industri makanan dan minuman.
Data BPS menunjukkan, selama 10 tahun terakhir, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan minuman sebesar 51% dari total pengeluaran. Sementara studi AC Nielsen menunjukkan 48% dari total belanja middle class income di Indonesia adalah untuk fast moving consumer goods (FMCG), terutama makanan dan minuman.
Menteri Perindustrian Saleh Husin menjelaskan industri makanan dan minuman terus mencatatkan pertumbuhan positif meski perekonomian nasional melambat. Pada semester I 2015, pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8,46%. “Pertumbuhan industri makanan dan minuman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nonmigas sebesar 5,27% pada semester I 2015,” kata Menperin.(*)
Sumber: di sini
Langganan:
Postingan (Atom)